Sabtu, 13 Mei 2017

Membandingkan Kerangka Pengendalian Internal COSO IC Integrated Framework, COSO ERM, Dan COBIT


SI - PI, Yohana Premavari, Hapzi Ali, Membandingkan Kerangka Pengendalian Internal COSO IC Integrated Framework, COSO ERM, Dan COBIT, Universitas Mercu Buana, 2017.PDF


SISTEM INFROMASI & PENGENDALIAN INTERNAL (SI - PI)

MEMBANDINGKAN KERANGKA PENGENDALIAN INTERNAL: 1. COSO INTERNAL CONTROL INTEGRATED FRAMEWORK; 2. COSO ENTERPRISE RISK MANAGEMENT; DAN 3. COBIT 

Dosen: Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA

Dibuat oleh : Yohana Premavari (55516120056)

UNIVERSITAS MERCU BUANA

2017


Pengendalian internal mempunyai peranan penting dalam perusahaan. Pengendalian internal dapat melindungi asset perusahaan dan mencegah serta mendeteksi adanya kecurangan dalam perusahaan. Untuk mencapai tujuan organisasi harus mempunyai pengendalian internal yang baik.    Pengendalian Internal adalah proses di dalam entitas (organisasi, termasuk perusahaan), dipengaruhi oleh dewan komisaris (atau dewan pengawas serupa), manajemen, dan personel lainnya, dirancang untuk memberikan jaminan yang layak agar entitas mencapai tujuan-tujuannya.
COBIT adalah kerangka pengendalian internal pada informasi teknologi. COBIT pertama kali diterbitkan pada tahun 1996, kemudian edisi kedua dari COBIT diterbitkan pada tahun 1998. Pada tahun 2000 dirilis COBIT 3.0 dan COBIT 4.0 pada tahun 2005. Kemudian COBIT 4.1 dirilis pada tahun 2007 
COBIT  adalah sebuah kerangka kerja yang dibuat oleh ISACA untuk  Information Technology (IT) management dan IT governance.  COBIT adalah sebuah toolset pendukung yang memungkinkan manajer untuk menjembatani kesenjangan antara persyaratan kontrol, masalah teknis dan risiko bisnis.

Pedoman COBIT memungkinkan perusahaan untuk mengimplementasikan pengaturan TI secara efektif dan pada dasarnya dapat diterapkan di seluruh organisasi dan merupakan standar yang dinilai paling lengkap dan menyeluruh sebagai framework IT audit karena dikembangkan secara berkelanjutan oleh lembaga swadaya profesional auditor yang tersebar di hampir seluruh negara. Dimana di setiap negara dibangun chapter yang dapat mengelola para profesional tersebut. COBIT bermanfaat bagi manajemen untuk membantu menyeimbangkan antara resiko dan investasi pengendalian dalam sebuah lingkungan IT yang sering tidak dapat diprediksi. Bagi user, ini menjadi sangat berguna untuk memperoleh keyakinan atas layanan keamanan dan pengendalian IT yang disediakan oleh pihak internal atau pihak ketiga. Sedangkan bagi Auditor untuk mendukung atau memperkuat opini yang dihasilkan dan memberikan saran kepada manajemen atas pengendalian internal yang ada.

Kriteria Informasi berdasarkan COBIT
Untuk memenuhi tujuan bisnis, informasi perlu memenuhi kriteria tertentu, adapun 7 kriteria informasi yang menjadi perhatian COBIT, yaitu sebagai berikut:

a.       Effectiveness (Efektivitas). Informasi yang diperoleh harus relevan dan berkaitan dengan proses bisnis, konsisten dapat dipercaya, dan tepat waktu.
b.      Effeciency (Efisiensi). Penyediaan informasi melalui penggunaan sumber daya (yang paling produktif dan ekonomis) yang optimal.
c.       Confidentially (Kerahasiaan). Berkaitan dengan proteksi pada informasi penting dari pihak-pihak yang tidak memiliki hak otorisasi/tidak berwenang.
d.      Intergrity (Integritas). Berkaitan dengan keakuratan dan kelengkapan data/informasi dan tingkat validitas yang sesuai dengan ekspetasi dan nilai bisnis.
e.       Availability (Ketersediaan). Fokus terhadap ketersediaan data/informasi ketika diperlukan dalam proses bisnis, baik sekarang maupun dimasa yang akan datang. Ini juga terkait dengan pengamanan atas sumber daya yang diperlukan dan terkait.
f.       Compliance (Kepatuhan). Pemenuhan data/informasi yang sesuai dengan ketentuan hukum, peraturan, dan rencana perjanjian/kontrak untuk proses bisnis.
g.      Reliability (Handal). Fokus pada pemberian informasi yang tepat bagi manajemen untuk mengoperasikan perusahaan dan pemenuhan kewajiban mereka untuk membuat laporan keuangan.




Kerangka Kerja COBIT 
Kerangka kerja COBIT terdiri atas beberapa arahan/pedoman, yakni:

·         Control Objectives
Terdiri atas 4 tujuan pengendalian tingkat-tinggi (high-level control objectives) yang terbagi dalam 4 domain, yaitu : Planning & Organization , Acquisition & Implementation , Delivery & Support , danMonitoring & Evaluation.
·         Audit Guidelines
Berisi sebanyak 318 tujuan-tujuan pengendalian yang bersifat rinci (detailed control objectives) untuk membantu para auditor dalam memberikan management assurance dan/atau saran perbaikan.
·         Management Guidelines
Berisi arahan, baik secara umum maupun spesifik, mengenai apa saja yang mesti dilakukan, terutama agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
1.      Sejauh mana TI harus bergerak atau digunakan, dan apakah biaya TI yang dikeluarkan sesuai dengan manfaat yang dihasilkannya.
2.      Apa saja indikator untuk suatu kinerja yang bagus.
3.      Apa saja faktor atau kondisi yang harus diciptakan agar dapat mencapai sukses ( critical success factors ).
4.      Apa saja risiko-risiko yang timbul, apabila kita tidak mencapai sasaran yang ditentukan.
5.      Bagaimana dengan perusahaan lainnya, apa yang mereka lakukan.
6.      Bagaimana mengukur keberhasilan dan bagaimana pula membandingkannya.


Manfaat dan Pengguna COBIT
Secara manajerial target pengguna COBIT dan manfaatnya adalah :

1.      Direktur dan Eksekutif
Untuk memastikan manajemen mengikuti dan mengimplementasikan strategi searah dan sejalan dengan TI.


2.      Manajemen
a.       Untuk mengambil keputusan investasi TI.
b.      Untuk keseimbangan resiko dan kontrol investasi.
c.       Untuk benchmark lingkungan TI sekarang dan masa depan.

3.      Pengguna
Untuk memperoleh jaminan keamanan dan control produk dan jasa yang dibutuhkan secara internal maupun eksternal.

4.      Auditors
a.       Untuk memperkuat opini untuk manajemen dalam control internal.
b.      Untuk memberikan saran pada control minimum yang diperlukan.


Sedangkan fokus terhadap pengelolaan sumber daya teknologi informasi dalam COBIT adalah pada :

  • Applications
  • Information
  • Infrastructure
  • People
Dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan perusahaan untuk mencapai tujuan organisasi, COBIT memiliki karakteristik :

  • Business-focused
  • Process-oriented
  • Controls-based
  • Measurement-driven


COBIT mengelompokkan semua aktivitas bisnis yang terjadi dalam organisasi menjadi 34 proses yang terbagi ke dalam 4 buah domain proses, meliputi :

·         Planning & Organization.
Domain ini menitikberatkan pada proses perencanaan dan penyelarasan strategi TI   dengan strategi perusahaan, mencakup masalah strategi, taktik dan identifikasi tentang bagaimana TI dapat memberikan kontribusi maksimal terhadap pencapaian tujuan bisnis organisasi sehingga terbentuk sebuah organisasi yang baik dengan infrastruktur teknologi yang baik pula.
Domain ini mencakup :
PO1 – Menentukan rencana strategis
PO2 – Menentukan arsitektur informasi
PO3 – Menentukan arah teknologi
PO4 – Menentukan proses TI, organisasi dan hubungannya
PO5 – Mengelola investasi TI
PO6 – Mengkomunikasikan tujuan dan arahan manajemen
PO7 – Mengelola sumber daya manusia
PO8 – Mengelola kualitas
PO9 – Menilai dan mengelola resiko TI
PO10 – Mengelola proyek

·         Acquisition & Implementation.
Domain ini berkaitan dengan implementasi solusi IT dan integrasinya dalam proses bisnis organisasi untuk mewujudkan strategi TI, juga meliputi perubahan dan maintenance yang dibutuhkan sistem yang sedang berjalan untuk memastikan daur hidup sistem tersebut tetap terjaga.
Domain ini meliputi:
AI1 – Mengidentifikasi solusi yang dapat diotomatisasi.
AI2 – Mendapatkan dan maintenance software aplikasi.
AI3 – Mendapatkan dan maintenance infrastuktur teknologi
AI4 – Mengaktifkan operasi dan penggunaan
AI5 – Pengadaan sumber daya IT.
AI6 – Mengelola perubahan
AI7 – Instalasi dan akreditasi solusi dan perubahan.

·         Delivery & Support.
Domain ini mencakup proses pemenuhan layanan IT, keamanan sistem, kontinyuitas layanan, pelatihan dan pendidikan untuk pengguna, dan pemenuhan proses data yang sedang berjalan.
Domain ini meliputi :
DS1 – Menentukan dan mengelola tingkat layanan.
DS2 – Mengelola layanan dari pihak ketiga
DS3 – Mengelola performa dan kapasitas.
DS4 – Menjamin layanan yang berkelanjutan
DS5 – Menjamin keamanan sistem.
DS6 – Mengidentifikasi dan mengalokasikan dana.
DS7 – Mendidik dan melatih pengguna
DS8 – Mengelola service desk dan insiden.
DS9 – Mengelola konfigurasi.
DS10 – Mengelola permasalahan.
DS11 – Mengelola data
DS12 – Mengelola lingkungan fisik
DS13 – Mengelola operasi.


·         Monitoring and Evaluation.
Domain ini berfokus pada masalah kendali-kendali yang diterapkan dalam organisasi, pemeriksaan intern dan ekstern dan jaminan independent dari proses pemeriksaan yang dilakukan.
Domain ini meliputi:
ME1 – Mengawasi dan mengevaluasi performansi TI.
ME2 – Mengevaluasi dan mengawasi kontrol internal
ME3 – Menjamin kesesuaian dengan kebutuhan eksternal.
ME4 – Menyediakan IT Governance.

Manfaat-manfaat yang dapat diperoleh dalam penggunaan COBIT pada pengendalian internal TI perusahaan yaitu :

1.      Dapat membantu auditor, manajemen dan pengguna (user), dengan cara membantu menutup kesenjangan antara kebutuhan bisnis, risiko, kontrol, keamanan, melalui peningkatan pengamanan dan mengontrol seluruh proses TI.
2.      COBIT dapat memberikan arahan (guidelines) yang berorientasi pada bisnis, dan karena itu business process owners dan manajer, termasuk juga auditor dan user, diharapkan dapat memanfaatkan guideline ini dengan sebaik-baiknya.


Maka dapat disimpulkan bahwa COBIT  menyediakan kerangka IT governance, membantu memaksimalkan keuntungan yang didapatkan dari penggunaan TI dan mengembangkan tata kelola TI yang cocok dan kendali di dalam perusahaan. Serta menyediakan arahan yang dapat diterima karena dapat membantu para direktur, eksekutif dan manager meningkatkan nilai IT dan mengecilkan resiko.






COSO Enterprise Risk Management — Integrated Framework (COSO ERM) adalah kerangka kerja manajemen risiko korporasi (MRK) yang diterbitkan oleh Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission Amerika Serikat pada tahun 2004. COSO ERM merupakan pengembangan dari kerangka kerja COSO untuk pengendalian internal yang diterbitkan pada tahun 1992. Kerangka kerja COSO ERM terdiri atas delapan komponen dan empat kategori sasaran yang divisualisasikan dalam bentuk kubus.
MRK terdiri atas delapan komponen yang saling terkait sebagai berikut.
1.     Lingkungan internal (internal environment)
2.     Penentuan sasaran (objective setting)
3.     Identifikasi peristiwa (event identification)
4.     Penilaian risiko (risk assessment)
5.     Tanggapan risiko (risk response)
6.     Aktivitas pengendalian (control activities)
7.     Informasi dan komunikasi (information and communication)
8.     Pemantauan (monitoring)

COSO ERM – Integrated Framework 2004
Pada tahun 2001, COSO bekerjasama dengan Pricewaterhouse Coopers memulai proyek untuk mengembangkan sebuah kerangka kerja manajemen risiko yang dapat digunakan untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas ERM. Kerjasama ini membuahkan hasil pada tahun 2004 dengan dirilisnya COSO ERM – Integrated Framework, yang mendefinisikan manajemen risiko sebagai: 

“Proses yang dipengaruhi oleh Board of Directors, manajemen, dan personil lain dalam entitas, diaplikasikan pada pembentukan strategi dan pada seluruh bagian perusahaan, dirancang untuk mengidentifikasi kejadian potensial yang dapat mempengaruhi entitas, dan mengelola risiko selaras dengan risk appetite entitas, untuk menyediakan jaminan yang wajar terhadap pencapaian sasaran dari entitas.” 

Dalam kerangka manajemen risikonya, COSO ERM menuntut perusahaan untuk dapat menentukan terlebih dahulu sasaran perusahaannya, yang terdiri dari empat kategori yaitu:
1.      Strategis: sasaran yang mendukung dan selaras dengan misi perusahaan.
2.      Operasi: efektivitas dan efisiensi dari penggunaan sumber daya perusahaan.
3.      Pelaporan: keterpercayaan dari pelaporan.
4.      Pemenuhan: pemenuhan terhadap hukum dan regulasi yang berlaku.


COSO ERM – Integrated Framework juga mendeskripsikan peran dan tanggung jawab dari unit-unit kerja perusahaan dalam penerapan manajemen risiko. Satu prinsip dasar yang ditanamkan COSO ERM adalah bahwa “semua bagian di dalam perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap ERM”, yang artinya implementasi manajemen risiko harus mencakup entity-level, division, business unit, hingga subsidiary, dan mencakup seluruh seluruh sumber daya manusia di dalamnya. Walau begitu, terdapat pembagian peran dan tanggung jawab dalam penerapan ERM. Berikut adalah pembagian peran dan tanggung jawab yang dijelaskan COSO ERM: 
·         Board of Directors (BoD) memiliki tanggung jawab penting dalam melakukan pemantauan terhadap penerapan manajemen risiko, dengan turut memperhitungkan risk appetite dari entitas;
·         Chief Executive Officer (CEO) memiliki tanggung jawab untuk memastikan berjalannya ERM yang efektif pada keseluruhan perusahaan;
·         Manajer memiliki tanggung jawab dalam mendukung penerapan prinsip ERM perusahaan, memastikan pemenuhan ERM dengan risk appetite, dan mengelola risiko di ranah kewenangannya agar konsisten dengan risk tolerance yang dimilikinya;
·         Risk officer, financial officer, dan internal audit memiliki peran kunci dalam mendukung efektivitas penerapan manajemen risiko perusahaan;
·         Petugas operasional (atau biasa disebut risk coordinator) bertanggung jawab dalam menerapkan manajemen risiko perusahaan sejalan dengan prosedur dan kebijakan manajemen risiko perusahaan;
·         Pihak eksternal (seperti pelanggan, kompetitor, otoritas, dan pihak yang berperan dalam value chainperusahaan) tidak memiliki tanggung jawab dalam memastikan efektivitas ERM dari entitas, tetapi pihak-pihak tersebut berperan penting dalam menyediakan informasi yang dapat mendukung efektivitas manajemen risiko.

Dalam COSO ERM, manajemen risiko terdiri dari delapan komponen yang saling terkait, yaitu:
1.      Lingkungan internal
Mengidentifikasi kondisi internal perusahaan, meliputi kekuatan dan kelemahannya, serta pandangan entitas terhadap risiko dan manajemen risiko.
2.      Penetapan sasaran
Sasaran kegiatan manajemen risiko harus sejalan dengan sasaran dari perusahaan, serta konsisten denganrisk appetite perusahaan.
3.      Identifikasi kejadian
Kejadian internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran perusahaan harus diidentifikasi, meliputi risiko dengan kesempatan yang dapat muncul.
4.      Penilaian risiko
Risiko dianalisis berdasarkan kemungkinan dan dampaknya. Hasil analisis risiko akan dijadikan dasar untuk menentukan perlakuan risiko.
5.      Perlakuan risiko
Terdapat empat alternatif pada perlakuan risiko, yaitu menghindari (avoidance), menerima (acceptance), mengurangi (reduction), dan membagi risiko (sharing). Pemilihan perlakuan risiko dilakukan dengan membandingkan hasil analisis risiko dengan risk appetite dan risk tolerance.
6.      Aktivitas pengendalian
Membangun dan mengimplementasikan kebijakan dan prosedur untuk memastikan perlakuan risiko diterapkan dengan efektif.
7.      Informasi dan komunikasi
Informasi yang relevan diidentifikasi, diperoleh, dan dikomunikasikan dalam bentuk dan waktu yang tepat agar personil dapat melakukan tanggung jawabnya dengan baik.
8.      Pemantauan
Seluruh kegiatan ERM harus dipantau, dievaluasi dan dikembangkan.
Pengendalian internal pada ditempat saya bekerja  meliputi pengendalian keuangan dan pengendalian operasional.

Pengendalian keuangan terdiri dari struktur organisasi, prosedur-prosedur dan sistem pencatatan yang berkaitan dengan pengelolaan dan pengamanan harta kekayaan Perusahaan dan dapat dipercayanya catatan keuangan serta konsekuensinya. Struktur organisasi, prosedur dan sistem pencatatan itu disusun untuk memberikan jaminan yang cukup dalam arti:
1.      Transaksi-transaksi dilaksanakan sesuai dengan pengesahan (otorisasi) manajemen yang telah ditentukan sesuai tugas dan tanggung jawabnya.
2.      Transaksi-transaksi dicatat untuk 
a. memungkinkan penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip auntansi sesuai standar akuntansi yang berlaku atau kriteriakriteria lain yang perlu untuk laporan laporan tersebut dan
b. menunjukkan pertanggungjawaban atas pengelolaan harta kekayaan perusahaan.
3.      Penggunaan harta kekayaan Perusahaan hanya diperbolehkan bila sesuai dengan otorisasi Manajemen.
4.      Tanggung jawab atas pencatatan harta kekayaan Perusahaan dibandingkan dengan harta kekayaan yang ada setiap waktu tertentu dan diambil tindakan yang perlu bila ada perbedaan- perbedaan.

Pengesahan/otorisasi tersebut merupakan fungsi manajemen yang secara langsung berhubungan dengan tanggung jawab untuk mencapai tujuan – tujuan perusahaan dan merupakan titik awal untuk menyusun pengawasan keuangan atas transaksi -transaksi.

Jajaran tertinggi perusahaan (Management perusahaan) perusahaan memiliki tanggung jawab untuk terus menerapkan sistem pengendalian internal yang baik untuk mencapai tujuan perusahaan .  Pengendalian internal perusahaan dijalankan mulai dari Direksi, Audit internal dan semua karyawan. Sedangkan Komisaris memiliki tanggung jawab dalam pengawasan untuk memastikan terselenggaranya pengendalian internal dalam setiap kegiatan usaha perusahaan pada setiap jenjang organisasi

Implementasi pengendalian internal yang dilakukan ditempat saya bekerja antara lain meliputi  lingkungan pengendalian, pengukuran risiko, aktivitas pengendalian, teknologi informasi dan komunikasi serta pemantauan.

Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian merupakan komponen yang terpenting karena membentuk budaya dan perilaku manusia menjadi sadar akan pentingnya pengendalian. Untuk menciptakan lingkungan pengendalian yang dapat mendukung efektivitas  pengendalian internal, maka  perusahaan telah melakukan berbagai kebijakan antara lain:

1.      Memastikan bahwa semua anggota perusahaan  memiliki integritas dan nilai etika yang tinggi.
2.      Menetapkan filosofi perusahaan yang disosialisasikan dan diterapkan kepada seluruh komponen di dalam perusahaan
3.      Membuat struktur organisasi yang memungkinkan  dilakukannya pengendalian secara efektif
4.      Menetapkan tugas dan tanggung jawab yang jelas di antara unit organisasi
5.      Menetapkan kebijakan pengembangan sumber daya manusia, sehingga sumber daya manusia perusahaan memiliki integritas yang tinggi.
6.      Mendorong peran aktif komite untuk melakukan pengawasan dan memberikan saran/masukan agar pengendalian internal berjalan dengan efektif dan baik

Pengukuran Risiko

Penilaian risiko merupakan identifikasi dan menilai risiko-risiko yang dihadapi dalam mencapai tujuan. Perusahaan semakin dituntut untuk dapat mengenali dan mengelola risiko-risiko kegiatan yang dihadapinya hingga ke tingkat yang dapat diterima.Untuk pengukuran resiko perusahaan secara berkelanjutan melakukan analisa untuk mengidentifikasikan risiko-risiko yang sedang dan akan dihadapi oleh perusahaan, merumuskan rekomendasi tingkat risiko yang dapat diambil oleh Manajemen dan tingkat toleransi dari tiap risiko dan merumuskan kebijakan pengelolaan risiko untuk menjaga tingkat risiko perusahaan.

Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah segala kebijakan dan prosedur untuk menyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko-risiko benarbenar dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Efektivitas aktivitas pengendalian akan tergantung dari ketepatan dalam mengidentifikasi dan mengukur risiko yang dilakukan perusahaan.

Beberapa kebijakan yang diambil perusahaan dalam  melakukan aktivitas pengendalian antara lain :

1.      Mempersiapkan pencatatan data dan penyimpanan dokumen dengan baik.
2.      Mempersiapkan pengamanan data dan dokumen dengan baik.
3.      Memberikan tugas, tanggung jawab dan kewenangan sesuai dengan fungsi dari masing - masing
unit organisasi.
4.      Melakukan penilaian atau pemeriksaan atas kinerja perusahaan oleh pihak diluar perusahaan yang independensinya tidak diragukan


Teknologi Informasi dan Komunikasi

Perusahaan menyadari bahwa komponen pengendalian internal  (lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, pemantauan) akan mudah direalisasikan jika terdapat sistem informasi dan komunikasi yang baik dan andal dalam perusahaan  atau organisasi. Perusahaan telah memiliki kebijakan sebagai pedoman teknologi informasi dan komunikasi.

Kebijakan tersebut antara lain penggunaan sarana e-mail, intranet dan internet, penanganan pengamanan sistem informasi untuk mengurangi risiko kerugian sebagai akibat dari kelalaian atau kesalahan dalam penggunaan sistem informasi. Kebijakan ini dibuat pengelolaan sistem informasi dan komunikasi dapat berjalan dengan efektif, tepat, dapat diandalkan dan terlindungi atau aman.


Pemantauan

Keseluruhan proses kegiatan perusahaan harus  dipantau dan dibuat seditkit perubahan atau modifikasi bila diperlukan . Maka akan terdapat pengendalian internal yang dinamis yang berubah sesuai dengan kondisi yang ada.

Pemantauan adalah usaha berkelanjutan untuk menyakinkan bahwa setiap gerak perusahaan secara sinergis sedang mengarah kepada usaha pencapaian tujuan. Hal ini dilakukan dengan menilai kembali kekuatan lingkungan pengendalian, usaha-usaha penilaian risiko dan pemilihan aktivitas pengendalian. Menjadi unsur penting dalam pemantauan adalah pelaporan terhadap penyimpangan dan kekurangan

Pemantauan dan evaluasi yang dilakukan perusahaan antara lain

1.      Pelaksanaan pengawasan melalui audit internal yang dilakukan oleh unit audit Internal.
2.      Sistem pertanggungjawaban dan penilaian yang memungkinkan untuk melakukan penilaian terhadap setiap anggota manajemen dan unit dalam organisasi
3.      Supervisi dari tiap tingkatan level manajemen
4.      Pengawasan oleh Komite Audit, khususnya berkaitan dengan pencatatan keuangan
5.      Pengawasan yang berkaitan dengan aktivitas operasional dan kepatuhan perusahaan terhadap peraturan /undang – undang yang berlaku
6.      Pengawasan dari level Top Management
7.      Pengawasan semua aktivitas manajemen



















Referensi
Kusuma, Charvin, 2014, Perbandingan Coso Erm-Integrated Framework Dengan Iso31000: 2009 Risk Management – Principles And Guidelines : http://crmsindonesia.org/knowledge/crms-articles/perbandingan-coso-erm-integrated-framework-dengan-iso31000-2009-risk-managem, diakses tanggal 11 Mei 2017 pukul 17.30
Hapzi Ali, 2015, Modul perkulihan Sistem Informasi dan Pengendalian Internal : Membandingkan kerangka pengendalian internal  : 1. COSO internal control integrated framework 2. COSO enterprise risk management 3. COBIT, Jakarta.

Prayogo, Aditya, 2012, COSO dan COBIT : http://apraysjournal.blogspot.co.id/2012/12/coso-dan-cobit.html, diakses tanggal 11 Mei 2017 pukul 15.50.

Kartika, Sari, 2017, Melindungi SI, Konsep & Komponen Pengendalian Internal : https://www.slideshare.net/SariKartika5/sipi-sari-kartika-hapzi-ali-melindungi-si-konsep-komponen-pengendalian-internal-universitas-mercu-buana-2017, diakses tanggal 11 Mei 2017 pukul 15.00.

Riadi, Muchlisin,  2014, Pengertian, Sejarah dan Komponen COBIT :  http://www.kajianpustaka.com/2014/02/pengertian-sejarah-dan-komponen-cobit.html, diakses tanggal 11 Mei 2017 pukul 16.10.

Wendi Dwi Asmoro, 2015, Pengertian cobit overview : http://wendydw.blogspot.co.id/2015/05/pengertian-cobit-overview.html, diakses tanggal 11 Mei 2017 pukul 14.10.

Santoso, Dwi, 2015, Makalah Manfaat Penggunaan Cobit : http://www.kompasiana.com/dwisantoso_vcc/makalah-manfaat-penggunaan-cobit_567fe81390fdfd5d0956ffba, diakses tanggal 11 Mei 2017 pukul 14.10.


Samuel  Lasmana (Salas), 2015,  Pentingnya IT Governance (COBIT) Pada Perusahaan : https://samuellasmana.wordpress.com/2015/02/05/pentingnya-it-governance-cobit-pada-perusahaan/, diakses tanggal 11 Mei 2017 pukul 14.30.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar